Syafiq menyebut, kondisi ini sangat memprihatinkan karena persentasenya sudah cukup besar dan tidak heran jika banyak anak pertumbuhan tinggi badannya terlambat sehingga cenderung pendek.Kondisi tersebut juga diikuti dengan kasus berat badan rendah yang masih tercatat antara 6-7 persen di kalangan anak-anak Indonesia. "Baik rendahnya tinggi badan anak, maupun rendahnya berat badan anak dibanding usianya, semua itu penyebabnya karena kekurangan gizi, jadi bukan faktor gen orangtuanya semata," katanya.
Menyikapi fenomena ini, pemerintah harus serius menangani masalah gizi dan menggunakan dana hibah dengan benar dan tepat sasaran. Syafiq mengatakan, untuk perbaikan gizi anak tidak terlepas dari pentingnya perbaikan gizi perempuan atau kaum ibu. Sebab dari hasil penelitian UI diketahui, sekitar 50 persen perempuan di Indonesia mengalami anemia.
Menurutnya, apabila ibu hamil menderita anemia, otomatis akan berpengaruh pada gizi janinnya dan pada akhirnya turut mempengaruhi proses pertumbuhannya ketika lahir. "Di sisi lain, perempuan anemia pada saat melahirkan beresiko tinggi mengalami pendarahan dan kemudian tidak menutup kemungkinan mengalami kematian," ujarnya.
0 comments:
Post a Comment